Ternyata Perangkat Digital Bisa Mempercepat Penuaan
A
A
A
JAKARTA - Makin tingginya teknologi tercipta, makin banyak pula perangkat digital ada digenggaman manusia. Semua dipermudah, tapi bukan risiko. Risiko terbesarnya, penuaan pun harus siap-siap diterima.
Menurut Dermatolog, Dr. Howard Murad, penelitian menunjukkan bahwa orang berusia 18-39 tahun memiliki rata-rata tiga perangkat digital dan akan menatap perangkat tersebut selama hampir 3 jam sehari. Hampir 45% waktu tersebut digunakan untuk menelusuri web , email, SMS, mendengarkan musik, atau aktif di media sosial.
"Meskipun penggunaan teknologi komunikasi telah meningkat, itu tidak datang tanpa konsekuensi. Perangkat portabel kecil seperti ponsel pintar dan tablet telah diketahui mengganggu kehidupan sosial dan memengaruhi kondisi kulit Anda,"ujar Dr. Murad seperti dilansir dari telegraph.co.uk .
Sementara menurut facialist internasional, Ada Ooi, orang yang lebih sering menatap ponsel pintar dengan cara menunduk akan berisiko mengalami Tech Neck. Tech Neck merupakan istilah untuk menyebutkan suatu kondisi tulang leher menekuk akibat terlalu sering menatap ponsel pintar dengan cara merunduk.
"Posisi ini memberi tekanan berlebih pada tulang leher hingga 50 pound . Padahal normalnya tulang leher hanya mampu menerima tekanan 10-12 pound," kata Ooi.
Tech Neck bisa memicu timbulnya lipatan-lipatan leher sekaligus mempercepat terjadinya sagging atau penggelambiran kulit area rahang dan leher. Ooi menerangkan, jaringan kulit wajah berbeda dengan jaringan kulit leher.
Jaringan kulit leher cenderung lebih tipis dan lebih jarang mengeluarkan minyak. Karena itu, leher yang sering dalam posisi menekuk akan cepat mengalami lipatan. Untuk mengatasi hal ini, Ooi menyarankan memperbaiki posisi saat menatap layar ponsel pintar dari semula menunduk menjadi tegak lurus searah pandangan mata.
Tapi semua itu bisa diatasi dengan cara melakukan pemijatan di area rahang dan leher secara lembut selama 10-15 menit menggunakan produk perawatan kulit yang khusus untuk merawat kulit area leher. "Hal ini bisa mencegah lipatan di area leher," ujar Ooi.
Penuaan kulit juga bisa dialami ketika menggunakan komputer atau laptop. Menurut dr. Srie Prihianti Gondokaryono, Sp.KK, rata-rata orang menghabiskan setidaknya 8 jam sehari untuk menatap layar komputer atau laptop.
Ketika menatap inilah, cahaya pada layar yang akan mempengaruhi kondisi kulit. "Cahaya biru dan radiasi elektromagnetik dari layar komputer atau laptop membuat kekacauan pada proses regenerasi kulit."
Menurutnya, cahaya yang dipancarkan memiliki panjang gelombang 380-500 nm membuatnya menjadi salah satu panjang gelombang energi tertinggi namun terpendek.
Ia melanjutkan cahaya dengan panjang gelombang 380- 500 nm menjadi jenis 'Cahaya Tampak' yang dengan mudah menembus kulit lebih dalam daripada UVB dan UVA. Cahaya ini menghasilkan lebih banyak ROS (reactive oxygen species) atau merupakan penggabungan dari UVB dan UVA.
Cahaya yang berlebihan pada layar komputer atau laptop mempercepat proses oksidasi dan memengaruhi melatonin sehingga menyebabkan hiperpigmentasi pada kulit. Untuk mengatasinya, dr. Srie menyarankan mengurangi intensitas cahaya pada laptop atau komputer agar tidak terlalu terang.
Hal yang sering dilakukan tapi tanpa disadari risikonya adalah menggunakan ponsel. Menurut Dr Anjali Mahto, Consultant Dermatologist &British Skin Foundation Spokesperson, layar ponsel pintar menyimpan lebih banyak bakteri daripada dudukan toitet.
Orang sering kali menyentuh berbagai hal tanpa disadari kotor dan penuh bakteri sehingga lantas menyentuh ponsel pintar dan menempelkannya ke pipi. "Menempelkan ponsel ke pipi menciptakan tekanan yang mungkin mengaktifkan kelenjar penghasil minyak atau sebaceous . Kombinasi antara kelenjar minyak, panas yang dihasilkan dari ponsel, dan bakteri pada permukaan layar ponsel, akan meresap ke kulit sehingga berisiko menyebabkan jerawat,"ujar Dr. Mahto. (Dwi Nur Ratnaningsih)
Menurut Dermatolog, Dr. Howard Murad, penelitian menunjukkan bahwa orang berusia 18-39 tahun memiliki rata-rata tiga perangkat digital dan akan menatap perangkat tersebut selama hampir 3 jam sehari. Hampir 45% waktu tersebut digunakan untuk menelusuri web , email, SMS, mendengarkan musik, atau aktif di media sosial.
"Meskipun penggunaan teknologi komunikasi telah meningkat, itu tidak datang tanpa konsekuensi. Perangkat portabel kecil seperti ponsel pintar dan tablet telah diketahui mengganggu kehidupan sosial dan memengaruhi kondisi kulit Anda,"ujar Dr. Murad seperti dilansir dari telegraph.co.uk .
Sementara menurut facialist internasional, Ada Ooi, orang yang lebih sering menatap ponsel pintar dengan cara menunduk akan berisiko mengalami Tech Neck. Tech Neck merupakan istilah untuk menyebutkan suatu kondisi tulang leher menekuk akibat terlalu sering menatap ponsel pintar dengan cara merunduk.
"Posisi ini memberi tekanan berlebih pada tulang leher hingga 50 pound . Padahal normalnya tulang leher hanya mampu menerima tekanan 10-12 pound," kata Ooi.
Tech Neck bisa memicu timbulnya lipatan-lipatan leher sekaligus mempercepat terjadinya sagging atau penggelambiran kulit area rahang dan leher. Ooi menerangkan, jaringan kulit wajah berbeda dengan jaringan kulit leher.
Jaringan kulit leher cenderung lebih tipis dan lebih jarang mengeluarkan minyak. Karena itu, leher yang sering dalam posisi menekuk akan cepat mengalami lipatan. Untuk mengatasi hal ini, Ooi menyarankan memperbaiki posisi saat menatap layar ponsel pintar dari semula menunduk menjadi tegak lurus searah pandangan mata.
Tapi semua itu bisa diatasi dengan cara melakukan pemijatan di area rahang dan leher secara lembut selama 10-15 menit menggunakan produk perawatan kulit yang khusus untuk merawat kulit area leher. "Hal ini bisa mencegah lipatan di area leher," ujar Ooi.
Penuaan kulit juga bisa dialami ketika menggunakan komputer atau laptop. Menurut dr. Srie Prihianti Gondokaryono, Sp.KK, rata-rata orang menghabiskan setidaknya 8 jam sehari untuk menatap layar komputer atau laptop.
Ketika menatap inilah, cahaya pada layar yang akan mempengaruhi kondisi kulit. "Cahaya biru dan radiasi elektromagnetik dari layar komputer atau laptop membuat kekacauan pada proses regenerasi kulit."
Menurutnya, cahaya yang dipancarkan memiliki panjang gelombang 380-500 nm membuatnya menjadi salah satu panjang gelombang energi tertinggi namun terpendek.
Ia melanjutkan cahaya dengan panjang gelombang 380- 500 nm menjadi jenis 'Cahaya Tampak' yang dengan mudah menembus kulit lebih dalam daripada UVB dan UVA. Cahaya ini menghasilkan lebih banyak ROS (reactive oxygen species) atau merupakan penggabungan dari UVB dan UVA.
Cahaya yang berlebihan pada layar komputer atau laptop mempercepat proses oksidasi dan memengaruhi melatonin sehingga menyebabkan hiperpigmentasi pada kulit. Untuk mengatasinya, dr. Srie menyarankan mengurangi intensitas cahaya pada laptop atau komputer agar tidak terlalu terang.
Hal yang sering dilakukan tapi tanpa disadari risikonya adalah menggunakan ponsel. Menurut Dr Anjali Mahto, Consultant Dermatologist &British Skin Foundation Spokesperson, layar ponsel pintar menyimpan lebih banyak bakteri daripada dudukan toitet.
Orang sering kali menyentuh berbagai hal tanpa disadari kotor dan penuh bakteri sehingga lantas menyentuh ponsel pintar dan menempelkannya ke pipi. "Menempelkan ponsel ke pipi menciptakan tekanan yang mungkin mengaktifkan kelenjar penghasil minyak atau sebaceous . Kombinasi antara kelenjar minyak, panas yang dihasilkan dari ponsel, dan bakteri pada permukaan layar ponsel, akan meresap ke kulit sehingga berisiko menyebabkan jerawat,"ujar Dr. Mahto. (Dwi Nur Ratnaningsih)
(bbk)